LANDASAN TEORI
A. Definisi (Menurut Prof. Dr. dr. Gulardi Hanifa Winkjosastro, SPOG, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks dikanan garis waspada persalinan fase aktif.
B. Penilaian Klinis (Menurut Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, SPOG, MPH, 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)
1. His tidak efisien (adekuat)
2. Faktor janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar)
3. Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor0
Faktor-faktor ini sering saling berhubungan.
C. Diagnosis Persalinan Lama (Menurut Prof. Dr. dr. Gulardi Hanifa Winkjosastro, SPOG, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)
Tanda dan Gejala Klinis Diagnosis
Pembukaan serviks tidak didapatkan kontraksi uterus Belum inpartu
Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu dengan his yang teratur Fase laten memanjang
Pembukaan servik melewati garis waspada partograf Fase aktif memanjang
- Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3 kontraksi per 10 menit dan kurang dari 40 detik Inersia uteri
- Pembukaan servik dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju, sedangkan his baik Disproporsi sefalopelvik
- Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju dengan caput, terdapat moulase hebat, edema serviks, tanda rupture uteri imminens, fetal dan maternal distress Obstruksi kepala
- Kelainan presentasi (selain serviks dengan oksiput anterior) Malpresentasi atau malposisi
Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tak ada kemajuan penurunan Kala II lama
D. Penanganan Umum (Menurut Prof. Dr. dr. Gulardi Hanifa Winkjosastro, SPOG, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)
1. Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk tanda vital dan tingkat hidrasinya)
2. Kaji kembali partograf, tentukan apakah pasien berada dalam persalinan (nilai frekuensi dan lamanya his)
3. Perbaiki keadaan umum dengan :
a. Dukungan emosi, perubahan posisi (sesuai dengan penanganan persalinan normal)
b. Periksa keton dalam urin dan berikan cairan, baik oral maupun parentral dan upayakan buang air kecil (katerisasi hanya kalau perlu)
4. Berikan analgesia : tramadol atau petidin 25 mg IM (maksimum 1 mg/kg BB) atau morfin 10 mg IM, jika pasien merasakan nyeri yang sangat.
E. Penanganan Khusus (Menurut Prof. Dr. dr. Gulardi Hanifa Winkjosastro, SPOG, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)
1. Persalinan palsu/belum inpartu (false labor)
Periksa apakah ada infeksi saluran kencing, ketuban pecah. Jika didapatkan adanya infeksi, obati secara adekuat. Jika tidak ada, pasien boleh rawat jalan
2. Fase laten memanjang (Prolonged latent phase)
Diagnosis fase laten yang memanjang dibuat secara retropekfektif. Jika his berhenti disebut belum inpartu atau persalinan palsu. Jika his makin teratur dan pembukaan makin bertambah lebih dari 4 cm. pasien kita sebut masuk fase laten. Jika fase laten lebih dari lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan, lakukan penilaian ulang terhadap serviks :
a. Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan tidak ada gawat janin. Mungkin pasien belum in partu
b. Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks, lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostagladin.
1) Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam
2) Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin selama 8 jam, lakukan seksio caesarea
c. Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau):
1) Lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin
2) Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan:
a) Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam
b) Ditambah gentamisin 5 mg/kg BB IV setiap 24 jam
c) Jika terjadi persalinan pervaginam stop antibiotika pasca persalinan
d) Jika dilakukan seksio caesarea, lanjutkan antibiotika ditambah metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam sampai ibu bebas demam selama 48 jam
3. Fase Aktif Memanjang
a. Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi sefalopelvik atau obstruksi dan ketuban masih utuh, pecahkan ketuban
b. Nilai his :
1) Jika his tidak adekuat (kurang dari 3 his dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik) pertimbangkan adanya inersia ueri.
2) Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik) pertimbangkan adanya disproporsi, obstruksi, malposisi atau malpresentasi.
c. Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his dan mempercepat kemajuan persalinan
4. Disproporsi Sefalopelvik
Disproporsi sefalopelvik terjadi karena janin terlalu besar atau panggul ibu kecil, sehingga persalinan macet. Penilaian ukuran panggul yang baik adalah dengan melakukan partus percobaan (trial of labor). Kegunaan pelvimetri klinis terbatas.
a. Jika diagnosa disproporsi, lakukan seksiao sesarea
b. Jika bayi mati :
1) Lakukan kroniotomi atau embriotomi
2) Bila tidak mungkin melakukan kraniotomi lakukan seksio caesarea
5. Obstruksi (Partus Macet)
a. Jika bayi hidup dan pembukaan serviks sudah lengkap dan penurunan kepala 1/5. lakukan ekstraksi vakum
b. Jika bayi hidup dengan pembukaan belum lengkap atau kepala bayi masih terlalu tinggi untuk ekstraksi vakuk, lakukan seksio caesarea
c. Jika bayi mati lahirkan dengan kraniotomi/embriotomi
6. His Tidak Adekuat (Inersia Uteri)
Jika his tidak adekuat sedangkan disproporsi dan obstruksi dapat disingkirkan, kemungkinan penyebab persalinan lama adalah inersia uteri.
a. Pecahkan ketuban dan lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin
b. Evaluasi kemajuan persalinan dengan pemeriksaan vaginal 2 jam setelah his adekuat:
1) Jika tidak ada kemajuan, lakukan seksio caesarea
2) Jika ada kemajuan, lanjutkan infus oksitosin dan evaluasi setiap 2 jam
7. Kala II memanjang (prolonged expulsive phase)
Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah oksigen ke plasenta. Dianjurkan mengedan secara spontan (mengedan dan menahan nafas terlalu lama, tidak dianjurkan)
a. Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan, berikan infus oksitosin
b. Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala :
1) Jika kepala tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang kepala di stasion (O), lakukan ekstraksi vakum atau cunam
2) Jika kepala diantara 1/5-3/5 di atas simfisis pubis, atau bagian tulang kepala di antara stasion (O)-(-2), lakukan ekstraksi vakum
3) Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang kepala di atas stasion (-2) lakukan seksio caesarea.
BAB III
MANAJEMEN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA IBU BERSALIN
DENGAN PARTUS LAMA TERHADAP NY. ERLIANTI
DI RB HANDAYANI LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2007
I. PENGUMPULAN DATA DASAR (KALA I)
Tanggal 15 Oktober 2007 Pukul 04.00 WIB
A. Anamnesa
1. Identitas
Nama : Ny. Erlianti Nama suami : Tn. Handoko
Umur : 20 tahun Umur : 23 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kuala Penet Alamat : Kuala Penet
2. Keluhan Utama
Ibu hamil anak pertama, sejak pukul 02.00 WIB dengan keluhan perut mulas bagian bawah dan menjalar sampai kepinggang, terdapat pengeluaran pervaginam lendir bercampur darah.
3. Tanda-tanda Persalinan
His ada, sejak tadi malam, pukul 02.00 WIB frekuensi 3 x setiap 10 menit, lamanya 45 detik. Ibu merasa sakit pada perut bagian bawah menjalar sampai kepinggang
4. Pengeluaran Pervaginam
Ibu mengatakan sudah mengeluarkan darah bercampur lendir berwarna coklat
5. Masalah-masalah khusus
Tidak ada hal-hal yang berhubungan dengan faktor resiko atau faktor predisposisi maupun faktor resiko tinggi yang dialami
6. Riwayat Kehamilan
HPHT 03-01-2007, siklus 28 hari, TP 10-10-2007, lamanya 6 hari, ANC teratur frekuensi 5 x di RB Handayani
7. Riwayat imunisasi
Selama hail ibu imunisasi 2 x di RB Handayani
TT 1 : usia 4 bulan kehamilan
TT 2 : usia 5 bulan kehamilan
8. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ibu mengatakan hamil anak pertama
9. Pergerakan Janin Dalam Rahim
Ibu mengatakan gerakan janin yang dirasakan 1 x setiap 1 jam
10. Makan dan Minum Terakhir
Ibu megatakan makan terakhir pada pukul 20.00 WIB dan minum terakhir pada pukul 02.00 WIB
11. Pola Eliminasi
Ibu BAB terakhir pukul 19.30 WIB dan BAK terakhir pukul 01.00 WIB
12. Pola Istirahat
Ibu mengatakan tidur siang 1-2 jam dan tidur malam 8 jam
13. Psikologi
Ibu mengatakan cemas menghadapi persalinan ini
B. Pemeriksaan
1. Keadaan Umum Ibu : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda Vital :
a. TD : 110/70 mmHg
b. Pols : 80 x/menit
c. RR : 20 x/menit
d. Temp : 36,6oC
4. TB : 157 cm
5. BB sebelum hamil : 45 Kg
BB sesudah hamil : 54 Kg
6. Pemeriksaan Fisik :
a. Rambut : bersih, tidak mudah rontok dan tidak ada ketombe
b. Mata : bentuk simetris, konjungtiva merah muda, skelera an ikterik
c. Hidung : bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada polip, penciuman baik
d. Gigi dan Mulut : bentuk simetris, bersih, tidak ada sariawan, tidak ada caries
e. Telinga : bentuk simetris, bersih, fungsi pendengaran baik
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
g. Dada : bentuk simetris, putting susu menonjol, ASI sudah keluar
h. Abdomen : tidak ada bekas operasi dan strie gravidarum
Leopold I : bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melengting
Leopold II : bagian kanan ibu teraba datar, lebar, bagian kiri teraba ekstremitas
Leopold III : teraba bulat, keras, melenting
Leopold IV : bagian terendah janin sudah masuk PAP Hodge II
TBJ : (35-11) x 155 = 3720gr
Auskultasi : DJJ 120 x/menit, puntum maximum bawah pusat sebelah kanan
i. Ekstremitas :
1) Tidak ada oedema pada kaki dan tangan
2) Tidak ada varises
3) Reflek patella (+)
4) Fungsi ekstremitas baik
j. Genetalia
Inspeksi : vulva dan vagina tidak ada varices, tidak ada luka, tidak ada kemerahan, terdapat pengeluaran berupa lendir bercampur darah, ketuban utuh. Pernineum : bekas luka/luka parut tidak ada
7. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam pukul 04.00 WIB, serviks mendatar dan tipis. Pembukaan 7 cm, selaput ketuban (+), bagian terendah : presentasi kepala UUK kanan depan, penurunan kepala di Hodge II tali pusat tidak teraba.
Pengawasan kala I
Tanggal Waktu Kondisi ibu Kontraksi/10 menit Lama kontraksi
(detik) Keadaan janin Ketuban
Pembukaan servik TD (mmHg) RR (x/m’) Pols (x/m’) Temp (0C) DJJ (x/menit) Penurunan kepala
20-10-07 04.00 7 cm 110/70 24 80 37 3 -4 kali 20 – 40 138 3/5 (+)
04.30 22 78 3 -4 kali 20 – 40 140
05.00 22 80 3 -4 kali 20 – 40 145
05.30 22 78 3 -4 kali 20 – 40 144
06.00 20 82 3 -4 kali 20 – 40 144
06.30 22 81 3 -4 kali 20 – 40 148
07.00 22 80 3 -4 kali 20 – 40 140
07.30 24 78 3 -4 kali 20 – 40 140
08.00 8 cm 100/80 22 84 36,8 3 -4 kali > 40 140 3/5 (+)
08.30 82 3 -4 kali > 40 145
09.00 82 3 -4 kali > 40 143
09.30 80 3 -4 kali > 40 143
10.00 80 3 -4 kali > 40 143
10.30 80 5 kali > 40 143
11.00 80 5 kali > 40 150
II. ITERPRESTASI DATA DASAR
1. Diagnosa :
G1P0A0 usia kehamilan 40 minggu, janin hidup, tunggal, intra uterin, presentasi kepala, ibu inpartu kala I fase laten
Dasar :
a. Hasil pemeriksaan dalam pembukaan masih 7 cm dan selaput ketuban (+)
b. Ibu mengatakan hamil anak pertama
c. HPHT : 03-01-2007, TP : 10-10-2007
d. Pada pemeriksaan Leopold di dapat hasil :
Leopold I : TFU pertengahan Px-pusat, fundus teraba bokong
Leopold II : bagian sebelah kanan ibu teraba bagian keras yang berarti punggung, bagian sebelah kiri ibu teraba bagian kecil (ekstremitas)
Leopold III : bagian terendah kepala
Leopold IV : kepala sudah masuk PAP
e. Pemeriksaan dalam pukul 04.00 WIB
Serviks mendatar dan tipis, pembukaan 7 cm, selaput ketuban utuh, presentasi kepala UUK kanan depan
2. Masalah :
Gangguan kecemasan, gangguan rasa nyaman, gangguan aktifitas, gangguan pemenuhan cairan dan nutrisi
Dasar : ibu cemas menanti kelahiran anak pertama, ibu kesulitan untuk beraktifitas dan merasa tidak nyaman dengan keadaannya.
3. Kebutuhan
a. Dukungan psikologis dari suami dan keluarga
b. Yakinkan ibu bahwa persalinan akan berjalan dengan aman dan lancar
c. Berikan ibu posisi yang nyaman seperti miring kanan/miring kiri, jongkok dan telentang
d. Pemenuhan cairan dan nutrisi memberi ibu makan dan minum serta pemasangan infus
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadi perpanjangan kala I fase aktif
Dasar:
a. Ibu inpartu kala I fase aktif
b. Ibu mengeluh nyeri pinggang sejak pukul 02.00 WIB, his timbul 3-4 x/menit, lamanya 20-40 detik, pengeluaran pervaginam blood slym
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN DAN KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter bila ada komplikasi pada kala I dan proses persalinan
V. RENCANA MANAJEMEN
1. a. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini, ibu telah memasuki kala I persalinan
b. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis
c. Observasi kala I menggunakan partograf dan kolaborasi bila ada keluahan
d. Siapkan rungan bersalin, alat, kebutuhan fisik dan psikologis ibu serta persiapan bidan.
2. Penyuluhan cara mengejan efektif
a. Jelaskan manfaat mengejan efektif
b. Ajarkan ibu cara mengejan efektif
3. Penyuluhan mengatasi rasa nyeri
a. Jelaskan penyebab nyeri
b. Beritahu cara mengatasi rasa nyeri
c. Anjurkan cara ibu mengatasi rasa nyeri
d. Observasi cara ibu mengatasi rasa nyeri
e. Libatkan keluarga dalam mendukung ibu mengatasi rasa nyeri
4. Anjurkan ibu untuk minum bila perlu pasang infuse untuk mengatasi dehidrasi
VI. IMPLEMENTASI LANGSUNG
1. a. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini, ibu telah memasuki kala I dengan dasar hasil pemeriksaan dalam pukul 02.10 WIB serviks mendatar dan tipis, pembukaan 2 cm dan selaput ketuban (+)
b. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis seperti suami dapat membantu saat proses persalinan dengan mendampingi atau ibu dapat bersandar pada suami saat bersalin
c. Melakukan observasi kala I menggunakan partograf, mengenai DJJ setiap 1 jam sekali, penurunan kepala dan pembukaan serviks setiap 4 jam sekali dan memeriksa frekuensi his serta tanda vital.
d. Persiapan persalinan
1) Ruang bersalin yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindungi dari tiupan angin serta penerangan yang cukup, baik siang maupun malam hari.
2) Menyiapkan alat persalinan :
a) Klem Kelly 2 buah
b) Gunting tali pusat
c) Gunting episiotomi
d) ½ koher
e) Chutget
f) Benang tali pusat atau klem plastik
g) Kateter katelon
h) 2 pasang sarung tangan DTT atau steril
i) Kasa/kain kecil untuk membersihkan jalan nafas bayi
j) Gulungan kapas basah menggunakan air DTT
k) Tabung suntik 2 ½ atau 3 ml dengan menggunakan jarum IM sekali pakai
l) 4 kain bersih bisa disiapkan keluarga
m) 2 handuk atau kain untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi
n) Kateter penghisap de lee (penghisap lendir)
o) 2 pasang sarung tangan
p) 1 gunting benang
q) 1 pinset anatomis
r) 1 pinset chirurgis
s) 2 klem arteri
t) 1 pemegang jarum jahit
u) 1 jarum heating
v) 1 benang chromic
w) 1 tampon bola
x) 5 kasa steril
y) 1 kain duk steril
3) Memantau kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf
4) PD setiap 4 jam/indikasi inpartu
5) Memenuhi kebutuhan fisik ibu makan dan minum, BAB dan BAK
6) Menyiapkan alat-alat untuk bidan : mitela, masker, barak skort, hand scone, kaca mata dan sepatu bot
2. Melakukan penyuluhan cara mengejan efektif
a. Menjelaskan manfaat mengejan efektif pada ibu, apabila ibu mengejan dengan baik dapat membantu mempercepat penurunan kepala dan pengeluaran bayi.
b. Mengajarkan ibu cara mengejan efektif, mengejan dilakukan pada saat his dan telah memasuki kala II persalinan. Sehingga diafragma berfungsi lebih baik, badan ibu dilengkungkan dengan dagu di dada, kaki ditarik kearah badan sehingga lingkungan badan dapat membantu mendorong janin.
c. Mengobservasi cara mengejan ibu dengan memantau his, lamanya dan frekuensinya
d. Melibatkan keluarga dalam memberikan semangat bahwa ibu bisa mengejan efektif
3. Melakukan penyuluhan cara mengatasi rasa nyeri
c. Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri disebabkan kontraksi pada dinding rahim yang akan membantu mendorong janin turun.
d. Mengajarkan cara mengatasi nyeri, ibu disuruh berjalan-jalan bila masih bisa, kemudian menganjurkan ibu tidur dengan posisi miring kiri
e. Menganjurkan ibu untuk mengatasi nyeri dengan teknik yang telah diajarkan
f. Observasi ibu mengatasi rasa nyeri apakah ibu merasa lebih nyaman dengan melakukan teknik yang diajarkan
g. Libatkan keluarga untuk memberi semangat pada ibu untuk bisa mengatasi rasa nyeri dan membantu mengalihkan rasa nyeri dengan mengusap pinggang ibu dan ajak bicara
4. Pasang infus RL
VII. EVALUASI
1. Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini
2. Ibu mengatakan ingin mengedan dan merasakan seperti ingin BAB
3. Ibu mengatakan sakit semakin sering
4. Hasil pengawasan kala I dengan partograf
DJJ : 144 x/menit
Penurunan kepala hodge II
Tanda-tanda vital :
TD : 100/70 mmHg
Pols : 85 x/menit
RR : 20 x/menit
Temp : 37oC
Frekuensi his : 3-4 x/menit dalam 10 menit, teratur
Catatan Perkembangan
KALA II
Tanggal 15 Oktober 2007 Pukul 12.00 WIB
S : 1. Ibu mengatakan sakit perut yang berarti, mulai dari pinggang menjalar sampai ke perut
2. Ibu mengatakan sudah mengeluarkan air ketuban
3. Ibu mengatakan ingin meneran
O : 1. Dilakukan PD pukul 08.10 WIB dengan hasil :
a. Dinding vagina tidak terdapat kelainan
b. Konsistensi portio lunak, tipis, effisiemen 90%
c. Pembukaan serviks 10 cm
d. Presentasi kepala, penurunan bagian terendah di Hodge IV, DJJ 140 x/menit, teratur
e. Terjadi 5 kali kontraksi dalam 10 menit lamanya 50 detik
2. Keadaan umum : baik, Kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda vital :
a. TD : 120/70 mmHg
b. Pols : 80x/menit
c. RR : 20 x/menit
d. Temp : 37oC
A : 1. Diagnosis :
G¬1P0A0 inpartu kala II
Dasar :
a. Kontraksi uterus 4 - 5 kali dalam 10 menit lamanya 40 detik
b. Pembukaan lengkap
c. Portio tidak teraba, ketuban (-), perineum menonjol, anus dan vulva membuka
d. DJJ 140 x/menit
2. Masalah :Ibu mengalami nyeri adanya his
Dasar : ibu mengatakan nyeri yang dirasakan semakin kuat
3. Kebutuhan :
a. Dukungan psikologis dari suami atau keluarga
b. Penatalaksanaan nyeri his
c. Pertolongan persalinan
P : 1. Jelaskan kondisi ibu saat ini sudah memasuki fase persalinan
2. Lakukan pengawasan kala II menggunakan partograf, pantau tanaga ibu, kontraksi uterus, pantau penurunan dan DJJ setelah kontraksi, dan vital sign
3. Pemenuhan nutrisi dan dehidrasi
4. Beri dukungan moril pada ibu
5. Lakukan pimpinan persalinan normal, bimbing proses meneran, ajarkan merubah posisi untuk mengurangi rasa sakit
6. Anjurkan ibu mengejan jika ada his
7. Libatkan keluarga dalam memberikan motivasi dan dukungan pada ibu
8. Penanganan bayi baru lahir
a. Letakkan bayi di atas perut ibu
b. Keringkan dan bersihkan bayi dari air ketuban, lemak yang menempel pada tubuhnya dan kotoran-kotoran lain sampai bayi bersih
c. Jepit tali pusat dengan klem 3-5 cm dari umbilikus urut 2-3 cm dari klem pertama kemudian jepit dengan klem ke-2
d. Potong tali pusat
e. Ganti pakaian kotor bayi dengan pakaian yang bersih
f. Berikan bayi pada ibunya untuk mendapatkan ASI
9. Bayi lahir pukul 12.10 WIB, spontan pervaginam, presentasi kepala
BB : 3500gr Jenis kelamin : perempuan
Apgar score : 8 PB : 50 cm
KALA III Pukul 12.10 WIB
S : 1. Ibu mengatakan perutnya terasa mulas
2. Ibu mengatakan bahwa ia merasa lega dan senang atas kelahiran bayinya
O : 1. Keadaan umum : baik, Kesadaran : composmentis
2. Tanda-tanda vital :
a. TD : 110/70 mmHg
b. Pols : 80 x/menit
c. RR : 20 x/menit
d. Temp : 37oC
3. TFU berada sepusat
4. Kontraksi uterus baik, uterus teraba bulat dan keras
5. Plasenta belum lahir, tampak tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu uterus bundar, terdapat perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat bertambah panjang adanya semburan darah yang mendadak dan singkat.
A : 1. Diagnosa: Ibu P1A0, partus spontan pervaginam, inpartu kala III
Dasar :
a. Bayi lahir pukul 12.10 WIB
b. Uterus teraba bulat dan keras, TFU 1 jari bawah pusat
c. Plasenta belum lahir
d. Terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta
2. Masalah :
a. Potensial terjadi retensio plasenta
Dasar : plasenta belum lahir
b. Potensial terjadi laserasi jalan lahi
Dasar : Terdapat ruptur perineum derajat 2
3. Kebutuhan
a. Manajemen aktif kala III
b. Heating perineum
P : 1. Lakukan pengawasan kala III
2. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal
3. Memberitahu ibu akan disuntik
4. Menyuntikkan oksitosin 10 unit secara intramuskuler pada bagian luar paha kanan 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa yang jarum tidak mengenai pembuluh darah
5. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
6. Meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah uterus, sementara tangan kanan memegang tali pusat menggunakan klem atau kain kasa dengan jarak antara 5-10 cm dari vulva
7. Saat kontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorso-kranial
8. Jika dengan penegangan tali pusat terkendali tali pusat terlihat bertambah panjang dan terasa adanya pelepasan plasenta, minta ibu untuk meneran sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat ke arah bawah kemudian ke atas sesuai dengan kurva jalan lahir hingga plasenta tampak pada vulva
9. Setelah plasenta tampak di vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati bila perlu pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban
10. Plasenta lahir pukul 12.25 WIB, kotiledon lengkap, selaput ketuban utuh
a. Panjang tali pusat : 17 cm
b. Lebar plasenta : 15 cm
c. Berat plasenta : 500 gr
d. Tebal plasenta : 2 cm
11. Ajarkan ibu untuk massase perutnya selama 15 detik untuk merangsang kontraksi uterus agar tidak terjadi perdarahan
12. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya untuk merangsang kontraksi
13. Tidak ada robekan jalan lahir
KALA IV
S : 1. Ibu mengatakan badannya letih dan perutnya mulas saat menyusui bayinya
2. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya
O : 1. Keadaan umum : baik, Kesadaran : composmentis
2. Tanda-tanda vital :
a. TD : 110/70 mmHg
b. Pols : 83 x/menit
c. RR : 24 x/menit
d. Temp : 36,7oC
3. Kandung kemih : kosong
4. TFU berada 2 jari di bawah pusat
5. Kontraksi uterus : baik
6. Perdarahan pervaginam : 200 cc
A : 1. Diagnosa : Ibu P1A0, partus spontan pervaginam pukul 1210 WIB
Dasar : a. Ibu partus spontan pervaginam pukul 12.10 WIB
b. Plasenta lahir lengkap pukul 12.25 WIB
c. TFU 2 jari di bawah pusat
d. Perdarahan pervaginam 200 cc
2. Masalah
Potensial terjadi perdarahan
Dasar : Ibu mengalami partus lama
3. Kebutuhan :
a. Personal hygiene
b. Mobilisasi dini
c. Perawatan heating perineum
d. Observasi keadaan ibu : keadaan umum, perdarahan yang keluar, dan involusi uterus.
P : 1. Jelaskan kondisi ibu saat ini
2. Periksa tanda-tanda vital ibu, TFU, kandung kemih, perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua
3. Pantau kontraksi uterus
4. Penyuluhan personal hygiene ibu
a. Mandi : Jika ibu belum bisa mandi sendiri keluarga atau bidan dapat membantu memandikan.
b. Vulva hygiene : pada saat ibu mandi ibu dapat membersihkan vulvanya atau petugas kesehatan yang membersihkan
5. Pemenuhan mobilisasi ibu
a. Miring kiri/miring kanan
b. Ibu boleh berjalan setelah 6 jam post partum
6. Pemenuhan nutrisi ibu yaitu makan dan minum
7. Pemenuhan istirahat: ibu post partum pertama sebaiknya istirahat selama 12 jam tapi bila ibu bisa beraktivitas dengan cepat tidak apa-apa
8. Lakukan perawatan bayi
a. Bersihkan jalan nafas
b. Hangatkan bayi dengan kain yang bersih
c. Perawatan tali pusat
d. Beri ASI pada 30 menit pertama
e. Ukur berat badan dan tinggi badan bayi
9. Perawatan heating perineum
a. Jelaskan pentingnya menjaga heating perineum setelah melahirkan
b. Anjurkan ibu selalu menjaga perineum dan anjurkan ibu untuk mencuci perineum dengan sabun kemudian bilas sampai bersih
DAFTAR PUSTAKA
Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, SPOG, MPH. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neontal, Jakarta : JNPKKR-POGI
Prof. Dr. dr. Gulardi Hanifa Winknjosastro, SPOG, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neontal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo
Mansjoer Arif, dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, Jakarta : Media aesculafius
1 comments:
mantap informasinya lengkap banget
Post a Comment