BAB I
PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang
Persalinan merupakan proses hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri), yangmana dalam persalinan itu terdapat beberapa kebijakan diantaranya : semua persalinan harus dihadiri dan di pantau oleh petugas kesehatan terlatih, rumah bersalin dan rumah rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani kegawatdaruratan obstetric dan neonatal harus tersedia 24 jamdan obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia seluruh petugas terlatih.
1.2 Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar asuhan persalinan
2. Agar mahasiswa mengetahui pengertian persalinan
3. Agar mahasiswa mampu menjelaskan sebab-sebab mulainya persalinan
4. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tahapan persalinan (kal I, II, III, dan IV)
5. Agar mahasiswa mengetahui tujuan asuhan persalinan
6. Agar mahasiswa memahami tanda-tanda persalinan
7. Agar mahasiswa mampu mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi persalinan
• Passage
• Power
• passanger
1.3 Rumusan Masalah
1. Jelaskan konsep dasar asuhan persalinan
2. Apa pengertian persalinan
3. Jelaskan sebab-sebab mulainya persalinan
4. Jelaskan tahapan persalinan (kala I, II, III,dan IV)
5. Apa tujuan asuhan persalinan
6. Jelaskan tanda-tanda persalinan
7. Sebutkan factor yang mempengaruhi persalinan
8. Jelaskan mengenai passage
9. Jelaskan mengenai power
10. Jelaskan mengenai passanger
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Asuhan Persalinan
2.1.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu (Obstetri fisiologi,Universitas Padjajaran Bandung).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri), (Ida Bagus Gde Manuaba,EGC).
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina kedunia luar (Hanifa Wiknjosastro,2002).
Macam – macam persalinan :
a. Persalinan Spontan
Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
b. Persalinan Buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya : extracsi denga forceps, atau dilakukan operasi Section Caesare.
c. Persalinan Anjuran
Persalinan yang terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup diluar, tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan. Kadang-kadang persalinan tidak mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang dilahirkan sebagai berikut :
a. Abortus
Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan.
Umur hamil sebelum 28 minggu.
Berat janin kurang dari 1.000 gr.
b. Persalinan Prematuritas
Persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu.
Berat janin kurang dari 2.499 gr.
c. Persalinan Aterm
Persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu.
Berat janin di atas 2.500 gr.
d. Persalinan Serotinus
Persalinan melampaui umur hamil 42 minggu.
Pada janin terdapat tanda postmaturitas.
e. Persalinan Presipitatus
Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam.
Istilah – istilah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan adalah :
• Gravida
Wanita yang sedang hamil.
• Primigrafida
Wanita yang hamil untuk pertama kali
• Para
Wanita yang pernah melahirkan bayi aterm
• Primipara
Wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali
• Multipara (pleuripara)
Wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali, di mana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali
• Grandemultipara
Wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari lima kali.
2.2.2 Sebab - sebab Mulainya Persalinan
Sebab-sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas. Agaknya banyak faktor yang memegang peranan dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan.
Beberapa teori yang dikemukakan adalah :
a. Penurunan Kadar Progesteron
Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
b. Teori Oxitosin
Pada akhir kehamilan kadar oxitocin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
c. Keregangan Otot-otot
seperti halnya dengan Bladder dan Lambung, bila dindingnya teregang oleh isi karena bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
d. Pengaruh Janin
hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena pada anencphalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
e. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua disangka menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin, yang tinggi baik dalam air ketuban maupun daerah perifer pada ibu-ibu hamil, sebelum melahirkan atau selama persalinan.
2.1.3 Tahapan Persalinan
a. Kala I
Partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah (Bloody Show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir canalis servicalis karena servix mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal darah dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar canalis servicalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika servix membuka. Proses membukanya servix sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase :
1. Fase Laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3cm.
2. Fase Aktif : dibagi dalam 3 fase
Fase Akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm menjadi 4cm.
Fase Dilatasi Maximal : Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4cm menjadi 9cm.
Fase Deselerasi : Pembukaan menjadi lambat sekali dalam 2 jam pembukaan dari 9cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida terjadi demikian akan tetapi fase laten, fase aktif dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.
Mekanisme pembukanya servix berbeda antara pada primigravida dan multigravida. Pada yang pertama ostium uteri interna akan membuka lebih dahulu, sehingga servix akan mendatar dan menipis baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran servix terjadi dalam saat yang sama.
Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atau telah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap / telah lengkap. Bila ketuban telah lengkap sebelum mencapai pembukaan 5cm, disebut KPD. Kala I selesai apabila pembukaan servix uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 11 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam.
b. Kala II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masukdi ruang panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan kepala rectum dan hendak buang besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his.
Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar his, dan dengan his dan kekuatan mengejan maksimal kepala janin dilahirkan dengan sub oksiput dibawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi mengeluarkan badan anggota bayi. Para primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.
c. Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda dibawah ini :
• Uterus menjadi bundar
• Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim
• Tali pusat bertambah panjang
• Terjadi perdarahan.
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede pada fundus uteri.
d. Kala IV
Masa 1 jam setelah plasenta lahir. Walaupun sebenarnya masa ini merupakan 1 jam pertama dari masa nifas, tetapi dari segi praktis masa ini sebaiknya dimasukkan dalam persalinan karena pada masa ini sering timbul perdarahan oleh karena itu penderita harus tetap dikamar bersalin tidak boleh dipindahkan ke ruangan, supaya dapat diawasi dengan baik.
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada masa ini.
2.1.4 Tujuan Asuhan Persalinan
Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalan upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.
Kebijakan pelayanan asuhan persalinan
Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih.
Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani kegawatdaruratan obstetric dan neonatal harus tersedia 24 jam.
Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas terlatih.
Rekomendasi kebijakan teknis asuhan persalinan dan kelahiran
Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukkan sebagai bagian dari persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-orang yang memberi dukungan bagi ibu
Partograf harus digunakan untuk memantau persalian dan berfungsi sebagai suatu catatan atau reka medic untuk persalinan, selama persalian normal, intervensi hanya dilaksanakan jika benar-benar dibutuhkan. Prosedur ini hanya dibutuhkan jika ada infeksi atau penyulit.
Management kala III, termasuk melakukan penjepitan dan pemutusan tali pusat secara dini, memberikan suntikan oksitoksin IM, melakuakan penegangan tali pusat terkendali(TTP) dan segera melakukan masase fundus, harus dilakukan pada semua persalinan normal.
Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi setidak-tidaknya 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu sudah dalam keadaan stabil. Fundus harus diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
Masase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan tonus uterus tetap baik, perdarahan minimal dan pencegahan perdarahan.
Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering diperiksa dan dimasase sampai tonus baik. Ibu atau anggota keluarga dapat diajarakan melakukan hal ini.
Segera setelah lahir seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera diselimuti dan bayi segera dikeringkan serta dijaga kehangatannya untuk mencegah terjadinya hipotermi.
Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus disediakan oleh petugas dan keluarga.
2.1.5 Tanda - tanda Persalinan
Gejala persalinan sebagai berikut :
a. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
b. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :
• Pengeluaran lendir
• Lendir bercampur darah
c. Dapat disertai ketuban pecah dini
d. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan servix :
• Perlunakan servix
• Perdarahan servix
• Terjadi pembukaan servix.
Berikut tentang jalannya persalinan
1. Tanda persalinan sudah dekat
a.Terjadi lightening
Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggulyang disebabkan :
o Kontraksi Braxton Hicks
o Ketegangan perut dinding
o Ketegangan ligamentum rotundum
o Gaya berat janin di mana kepala ke arah bawah
Masuknya kepala bayi ke pintu atas panggul
o Terasa ringan di bagian atas, rasa sesaknya berkurang
o Di dagian bawah terasa sesak
o Terjadi kesulitan saat berjalan
o Sering miksi (beser kencing)
Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan normal antara ketiga P yaitu, power (kekuatan his), passage (jalan lahir normal), dan pasanger (janinnya dan plasenta). Pada multipara gambarannya tidak jelas, karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.
b. Terjadinya his permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi ini dapat dikemukakan sebagai keluhan, karena dirasakan sakit dan mengganggu. Kontraksi Braxton Hicks terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesteron, dan memberikan kesempatan rangsangan oksitosin.
Dengan makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang, sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering, sebagai his palsu.
Sifat his permulaan (palsu)
o Rasa nyeri ringan di bagian bawah
o Datangnya tidak teratur
o Tidak ada perubahan pada servix atau pembawa tanda
o Durasi pendek
o Tidak bertmbah bila beraktivitas.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan
2.2.1. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir dibagi atas :
i. Bagian keras tulang – tulang panggul ( rangka panggul )
ii. Bagian lunak : otot –otot, jaringan – jaringan, ligamen – ligament.
Ukuran ukuran panggul:
1. alat pengukur ukuran panggul :
pita meter
jangka panggul : martin, oseander, Collin, dan baudelokue
pelvimetri klinis dengan periksa dalam
pelvimetri rongenologis
2. ukuran – ukuran panggul :
Distansia spinarum : jarak antara kedua spina iliaka anterior superior 24 -26 cm
Distansia kristarum : jarak antara kedua Krista iliaka kanan dan kiri 28 -30 cm
Konjungata eksterna : 18 -20 cm
Lingkaran panggul :80 -100 cm
Conjugate diagonalis : 12,5 cm
Distansia tuberum : 10,5 cm
3. ukuran dalam panggul :
pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang di bentuk oleh promontorim,linea innuminata dan pinggir atas simpisis pubis.
Konjugata vera : dengan periksa dalam di peroleh konjugata diagonalis 10,5-11 cm
Konjugata tranversa : 12-13 cm
Konjugata oblingua : 13 cm
Konjugata obstetrika adalah jarak bagian tengah simfisis ke promontorium
Ruang tengah panggul :
Bidang terluas ukurannya 13 x 12,5 cm
Bidang tersempit ukurannya 11,5 x 11 cm
Jarak antara spina isciadika 11 cm
Pintu bawah panggul(outlet) :
Ukuran anterior-posterior 10-12 cm
Ukuran melintang 10,5 cm
Arcus pubis membentuk sudut 90 derajat lebih, padalaki-laki kurang dari 80 derajat
2.2.2. Power (his dan mengejan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot – otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament.
1. His (kontraksi uterus)
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang di mulai dari daerah fundus uteri dimana tuba falopi memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari “pacemaker” yang terdapat dari dinding uterus daerah tersebut.
Pada waktu kontraksi, otot – otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna memiliki sifat :
a. Kontraksi simetris
b. Fundus dominan
c. Relaksasi
Pada waktu berkontraksi, otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi menebal dan lebih pendek. Kafum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantong amnion ke arah segmen bawah rahim dan cervik.
His memiliki sifat :
a. Involutir
b. Intermiten
c. Terasa sakit
d. Terkoordinasi
e. Serta kadang dipengaruhi oleh fisik, kimia, psikis
Perubahan – perubahan akibat his:
Pada uterus dan servik : uterus teraba keras / padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauteri naik serta menyebabkan servik menjadi mendatar (affecement) dan terbuka (dilatasi).
Pada ibu : rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi uterus. Juga ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
Pada janin : pertukaran oksigen pada sirkulasi utero – plasenta kurang, maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat kurang jelas didengar krena adanya iskemia fisiologis, jika benar- benar terjadi hipoksia janin yang agak lama, misalnya pada kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin asfiksia dengan denyut jantung janin diatas 160 per menit, tidak teratur.
Pembagian dan sifatnya :
• His palsu atau pendahuluan
His tidak kuat, tidak teratur
Dilatasi servik tidak terjadi
• His pembukaan kala I
His pembukaan servik sampai terjadi pembukaan lengkap 10
Mulai makin, teratur dan sakit
• His pengeluaran atau his mengejan (kala II)
Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi dan lama
His untuk mengeluarkan janin
Koordinasi bersama antara : his kontraksi otot perut, kontraksi diafragma dan ligament
• His pelepasan uri (kala III)
Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta.
• His pengiring (kala IV)
Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri (meriang) pengecilan rahimdalam beberapa jam atau hari.
2. Mengejan
Dalam proses persalinan normal ada 3 komponen yang amat menentukan, yakni passenger (janin), passage (jalan lahir) dan power (kontraksi). Agar proses persalinan berjalan lancer, ketiga komponen tersebut harus sama-sama dalam kondisi baik. Bayi yang ukurannya tidak terlalu besar pasti lebih mudah melalui jalan lahir normal, jalan lahir yang baik akan memudahkan bayi keluar, kekuatan ibu mengejan akan mendorong bayi cepat keluar.
Yang pegang kendali atau yang paling menentukan dalam tahapan ini adalah proses mengejan ibu yang dilakukan dengan benar, baik dari segi kekuatan maupun keteraturan. Ibu harus mebgejan sekuat mungkin seirama dengan instruksi yang diberikan. Biasanya ibu diminta menarik nafas panjang dalam beberapa kali saat kontraksi terjadi lalu buang secara perlahan. Ketika kontraksi mencapai puncaknya, doronglah janin dengan mengejan sekuat mungkin. Bila ibu mengikuti instruksi dengan baik, pecahnya pembuluh darah disekitar mata dan wajah bias dihindari. Begitu juga resiko berkurangnya suplai oksigen kejanin
Yang harus dilakukan :
Mulai trimester dua sempatkan mengikuti senam hamil. Ini akan sangat membantu dalam melemaskan otot panggul, menguatkan nafas, mengejan, dan sebagainya yang amat diperlukan saat persalinan tiba
Usahakan jangan tegang, tetapi tetaplah relaks dengan melemaskan seluruh otot tubuh. Ketegangan hanya akan menyulitkan di saat ibu harus mengejan.
Jangan panik.Ikuti saja instruksi dengan baik.Kepanikan hanya akan membuat segalanya kacau karena dorongan jadi tidak teratur sementara tenaga terhambur sia-sia dan tidak efisienkarena bayi malah jadi lebih susah lahir.
Harus disesar bila :
Meski sangat ingin ,banyak ibu hamil yang tidak bisa menjalani persalinan normal hingga harus di bantu dengan operasi sesar. Ada beberapa alas an medis yang membuat ibu terpaksa menjalani operasi sesar.
Kelainan power
Sangat mungkin ibu hamil tidak memiliki cukup power untuk mengejan. Ini biasanya dialami oleh ibu-ibu hamil yang sakit jantung atau asma yang membuat kemampuan mengejannya sedemikian lemah. Bisa juga akibat pengaruh dari penyakit lain.
2.2.3. Passengger
Passenger terdiri dari:
a. Janin
Selama janin dan plasenta berada dalam rahim belum tentu pertumbuhannya normal, adanya kelainan genetic dan kebiasaan ibu yang buruk dapat manjadikan pertumbuhannya tidak normal antara lain :
• Kelainan bentuk dan besar janin anensefalus, hidrosefalus, janin makrosomia
• Kelainan pada letak kepala : presentasi puncak, presentasi muka, presentasi dahi dan kelainan oksiput
• Selain letak janin : letak sungsang, letak lintang, letak mengelak, presentasi rangkap (kepala tangan, kepala kaki, kepala tali pusat)
Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam proses persalinan dan memiliki cirri sebagai berikut
• Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besar lahir, maka bagian lainnya lebih mudah lahir
• Persendian kepala terbentuk kogel, sehingga dapat digerakkan kesegala arah dan memberikan kemungkinan untuk melakukan putaran paksi dalam
• Letak persendian kepala sedikit kebelakang, sehingga kepala melakukan fleksi untuk putaran paksi dalam.
Setelah persalinan kepala, badan janin tidak akan mengalami kesulitan. Pada beberapa kasus dengan anak yang besar pada ibu dengan diabetes militus terjadi kemungkinan kegagalan persalinan bahu. Persalinan bahu yang berat cukup berbahaya karena dapat terjadi asfeksia. Persendian leher yang masih lemah dapat merusak pusat-pusat vital janin yang berakibat fatal.
Pada letak sungsang dengan mekanisme persalinan kepala dapat mengalami kesulitan karena persalinan kepala terbatas dengan waktu sekitar 8 menit dan tulang dasarkepala tidak memiliki mekanisme moulase, yang dapat memperkecil volume tanpa merusak jaringan otak. Dengan demikian persalinan kapala dalam letak sungsang atau fersi ekstrasi letak intang harus dipertimbangkan agar tidak menimbulkan morbiditas yang lebih tinggi. Berbagai posisi kepala janin dalam ondisi defleksi dengan lingkaran yang melalui jalan lahir brtambah panjang sehingga menimbulkan persoalan baru. Kedudukan rangkap yang paling berbahaya adalah antara kepala dan tali pusat, sehingga makin turun kepala makin terjepit tali pusat, menyebabkan asfeksia sampai kematian janin dalam rahim.
b. Plasenta
Plasenta terbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15-20 cm tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram.
Sebab-sebab terlepasnya plasenta adalah
iii. Waktu bayi dilahirkan rahim sangat mengecil dan setelah bayi lahir uterus merupakan alat dengan dinding yang tebal sedangkan rongga rahim hamper tidak ada. Fundus uteri terdapat sedikit dibawah pusat, karena pengecilan rahim yang tiba-tiba ini tempat perlekatan plasenta jika sangat mengecil. Plasenta sendiri harus mengikuti pengecilan ini hingga menjadi dua kali setebal pada permulaan persalinan dank arena pengecilan tempat melekatnya plasenta dengan kuat, maka plasenta juga berlipat-lipat dan ada bagian-bagian yang terlepas dari dinding rahim karena tak dapat mengkuti pengecilan dari dasarnya.
Pelepasan plasenta ini terjadi dalam stratum spongeosum yang sangat banyak lubang-lubangnya.jadi secara singakat factor yang sangat penting dalam pelepasan plasenta ialah retraksi dan kontraksi otot-otot rahim setelah anak lahir.
iv. Ditempat yang lepas terjadi perdarahan ialah antara plasenta dan desiduabasalis dank arena hematoma ini membesar, maka seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematoma tersebut sehingga didaerah pelepasan.
Plasenta biasanya terlepas dalam 4-5 menit setelah anak lahir, mungkin pelepasan setelah anak lahir. Juga selaput janin menebal dan berlipat-lipat karena pengecilan dinding rahim. Oleh kontraksi dan retraksi rahim terlepas dan sebagian karena tarikan waktu plasenta lahir.
c. Air ketuban
Sebagai cairan pelindung dalam pertumbuhan dan perkembangan janin, Air ketuban berfungsi sebagai ‘bantalan’untuk melindungi janin terhadap trauma dari luar. Tak hanya itu saja, air ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi,menstabilkan perubahan suhu, dan menjadi sarana yang memungkinkan janin bergerak bebas.
Seiring dengan pertambahan usia kehamilan, aktifitas organ tubuh janin juga mempengaruhi cairan ketuban. Saat usia kehamilan mulai memasuki 25 minggu, rata-rata air ketuban didalam rahim 239 ml, yang kemudian meningkat menjadi 984 ml pad usia kehamilan 33 minggu.
Kelebihan air ketuban dapat berdampak pada kondisi janin. Untuk menjaga kestabilan air ketuban,bayi meminum air ketuban didalam tubuh ibunya dan kemudian mengeluarkan nya dalam bentuk kencing. Jadi jika terdapat volume air ketuban yang berlebih, diprediksi terdapat gangguan pencernaan atau gangguan pada saluran pembuangan sang bayi yang ditandai dengan kencingnya yang tidak normal.
Kekurangan cairan ketuban bias disebabkan berbagai hal, diantaranya menurunnya fungsi plasenta akibat kehamilan yang melebihi waktu, ketuban yang bocor atau kelainan janin yang berhubungan dengan penyumbatan kandung kemih.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban pad setiap saat sebelum permulaan persalinan tanpa memandang apakah pecahnya selaput ketuban terjadi pada kehamilan 24 atau 44 minggu. Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui dengan pasti.
Beberapa factor yang mempermudah terjadinya ketuban pecah dini :
1. Infeksi, contohnya korioamonitis
2. Trauma, contoh:amniosentesis,pemeriksaan panggul,atau koitus.
3. Inkompeten serviks.
4. Kelainan letak atau presentase janin.
5. Peningkatan tekanan intrauterine, contoh: kehamilan ganda dan hidramnion.
Diagnosis ketuban pecah dini :
1. Keluarnya cairan jernih dari vagina.
2. Inspekulo : keluar cairan dari orivisium utero eksterna saat fundus uteri ditekan atau digerakkan.
3. Adannya perubahan kertas lakmus merah ( nitrazin merah ) menjadi biru.
4. Periksa dalam vagina : ketuban negative.
Pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini :
1. USG
2. Leukosit dan suhu badan ( 37,5 derajat celcius ) untuk menilai adanya infeksi ( leukositosis ).
3. Pemantauan kesejahteraan janin.
4. Pemeriksaan labolatorium, contoh : TORCH
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri), persalinan dapat terjadi karena berbagai hal diantaranya adalah Penurunan Kadar Progesteron, teori oksitosin, keregangan otot-otot, pengaruh janin, dan teori prostaglandin. Persalinan terjadi melalui tahap-tahap yaitu kala I, kala II, kala III dan kala IV. Tujuan asuhan persalinan memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dengan memperhatikan aspek saying ibu dan saying anak. Persalinan ditandai dengan adanya kekuatan his, keluarnya bloody show, terjadi perubahan serviks dan dapat disertai ketuban pecah dini. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan adalah passage, power dan passenger.